Show simple item record

dc.contributor.authorSidarhani
dc.contributor.authorOktaviani, Lisa Wahidatul
dc.contributor.authorSunarti, Sri
dc.date.accessioned2021-02-15T02:38:58Z
dc.date.available2021-02-15T02:38:58Z
dc.date.issued2016-07-29
dc.identifier.citationAchmadi, U. (2008). Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: UI Press Arikunto. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Brady. (2009). Tehnik pengenceran pada cairan pekat. Website: www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 20 juni 2016 Dahlan. (2009) Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Kepmenkes RI nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang pedoman penanggulangan tuberkulosis. Jakarta Dinas Kesehatan Kukar. (2012). Data kasus Tuberculsos Kutai Kartanegara. Tenggarong Dinas Kesehatan Kukar. (2013). Data kasus Tuberculsos Kutai Kartanegara. Tenggarong Dinas Kesehatan Kukar. (2014). Data kasus Tuberculsos Kutai Kartanegara. Tenggarong Eko, Putro. (2014). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Jakarta: PUSTAKA PELAJAR Indah. (2013). Faktor yag mempengaruhi kerja desinfektan. Website: www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 25 Juni 2016 Jukriadi, dkk. (2013). Perbandingan deterjen rinso cair dan pemutih pakaian (baclyn) dalam menghambat pertumbuhan mycobacterium tuberculosis. Pekalongan Kathleen, B. (2009). Investigasi pengendalian wabah di fasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC Kementrian Kesehatan, RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes Kristanti. (2015). Karakteristik dan tingkat virulensi tbid_ID
dc.identifier.urihttps://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/1895
dc.description.abstractLatar belakang Tuberkolusis Paru menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2009 sebanyak 429.000 orang peringkat lima dunia. Pada tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis sebesar 700 ribu kasus. Menurut Depkes RI tahun 2009 salah satu strategi pencegahan penularan tuberculosis yaitu dengan cara membuang sputum penderita pada cairan desinfektan. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Muara Badak yang merupakan kecamatan dengan penderita tuberculosis tertinggi di Kutai Kartanegara Tujuan penelitian mengetahui efektifitas penggunaan cairan desinfektan terhadap daya tahan mycobacterium tuberculosis. Metode penelitian pre eksperimen dengan desain one shot case study dengan melakukan pretest sebelum dan sesudah menggunakan cairan desinfektan. Populasi penelitian adalah penderita BTA (+).Jumlah sampel sebanyak 6 oang, menggunakan cairan desinfektan 0,5%, tanpa pengenceran, pengenceran 1 sampai 3 kali. Analisa data menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian pada 6 responden didapatkan hasil bahwa berdasarkan uji statistik yang digunakan pada variabel yang menggunakan desinfektan tanpa pengenceran diperoleh P-value (0,01), pada variabel dengan pengenceran 1 kali diperoleh P-value(0,31), dan pada pengenceran 2 dan 3 kali diperoleh P-value sebesar (1,00). Kesimpulan terdapat efektifitas penggunaan desinfektan tanpa pengenceran terhadap daya tahan mycobacterium tuberculosis, tidak terdapat efektifitas penggunaan desinfektan dengan pengenceran 1 sampai 3 kali terhadap daya tahan mycobacterium tuberculosis.id_ID
dc.language.isoidid_ID
dc.publisherSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarindaid_ID
dc.subjectDesinfektanid_ID
dc.subjectDaya Tahan Mycobacterium Tuberculosisid_ID
dc.titleEfektifitas Penggunaan Desinfektan terhadap Daya Tahan Mycobacterium Tuberculosis di Kecamatan Muara Badak Tahun 2016id_ID
dc.title.alternativeEffectiveness of Usingdisinfectant on Resistance of Mycobacterium Tuberculosis at Muara Badakdistrict in 2016id_ID
dc.typeSkripsiid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record