Hubungan Komunikasi Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kota Samarinda
Abstract
Penderita skizofrenia mungkin memiliki delusi seperti mendengar bisikan, percaya bahwa dirinya adalah Tuhan, menyakiti atau memukul orang lain, lebih memilih menyendiri dan tidak berinteraksi dengan orang lain, atau menarik diri dari diri sendiri. Pasien skizofrenia sering kali menunjukkan ledakan dan kemarahan yang dapat berdampak negatif pada keluarga atau masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan apakah komunikasi keluarga dan tingkat kekambuhan individu dengan skizofrenia ada hubungannya. Penelitian deskriptif korelasi dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel sebanyak 258 responden dengan pendekatan cross-sectional. Metode Cluster Random Sampling digunakan dalam proses pengambilan sampel. Skala Komunikasi Keluarga (FCS), yang mengukur komunikasi keluarga dan kekambuhan menggunakan Skala Cabang Psikologis Singkat, adalah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Gunakan Pearson Product Moment untuk menganalisis data. Angka kekambuhan dan variabel Komunikasi Keluarga saling berhubungan, berdasarkan temuan analisis uji statistik. Berdasarkan temuan uji statistik, komunikasi keluarga dengan angka kekambuhan pasien skizofrenia di wilayah pelayanan Puskesmas Kota Samarinda mempunyai hubungan. Secara khusus, nilai p lebih kecil dari alfa, yaitu 0,000<(0,05). Berdasarkan hasil penelitian Alangkah baiknya untuk pelayanan Kesehatan di Kota Samarinda membuat forum khusus keluarga penderita Skizofrenia, melalui grup di media sosial seperti whatsapp karena sekarang merupakan jaman yang dimana Sebagian informasi disebarkan melalui media sosial keluraga khusus penderita skiozfrenia dan Call Center khusus.

