dc.identifier.citation | Alam & Hadibroto. (2008). Gagal Ginjal. Jakarta: PT. Gramedia Cornelia, dkk. (2014). Pengaruh Gabungan Relaksasi Napas Dalam Dan Otot Progresif Terhadap Komplikasi Intradialisis Di Unit Hemodialisis Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, http://unpad.ac.id, diperoleh pada tanggal 17 Agustus 2015) Corwin & Elizabeth. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Damayanti, D. (2013). Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi Tanpa Obat, Yogyakarta: Pinang Merah Publisher. Diehl, Hans. (2007). Waspadai Diabetes Kolesterol Hipertensi. Bandung: Indonesia Publishing House Elrita. T. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Di Ruang Irina C Blu Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, http://ejournal.unsrat.ac.id, diperoleh 18 Agustus 2015) Ernawati. (2013). Pengaruh Mendengarkan Murottal Q.S. Ar Rahman Terhadap Pola Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Nur Hidayah Yogyakarta, http://ejounal.umy.ac.id, diperoleh pada tanggal 7 Septempber 2015) Ervan, K. (2013). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten Magetan, http://eprints.ums.ac.id, diperoleh pada tanggal 18 Agustus 2015) Gray, dkk. (2005). Lecture Note Kardiologi. Edisi Ke Empat. Jakarta: Erlangga. Ignatavicius, D.D & Workman, M.L. (2006). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking for Collaborative Care. (Edisi ke-5 St). Louis: Elsevier Inc Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika Niken, (2010), Teknik Relaksasi Nafas Dalam, http://rentalhikari.wordpress.com, diperoleh pada tanggal 23 Agustus 2015 Poerwati, R. (2008). Hubungan Stres Kerja terhadap Hipertensi pada Pegawai Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2008. http://repository.usu.ac.id, diperoleh pada tanggal 22 Agustus 2015) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing. Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC Pranay, K., Stoppler, M.C., (2010). Chronic Kidney Disease. http://emedicinehealth.com, diperoleh pada tanggal 21 Agustus 2015) Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC. Rahardjo et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Report Of Indonesian Renal Registry .(2012). http://www.pernefri-inasn.org, diperoleh pada tanggal 20 Agustus 2015) Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu Smeltzer, & Bare. 2005 Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol 1, alih bahasa: Kuncara Monica Ester. Jakarta: EGC. Syamsiah, nita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSUPAU Dr. Esnawan Antariksa HAlim Pernada Kusuma Jakarta. http://lontar.ac.id, diperoleh pada tanggal 19 Agustus 2015) The united states renal data system. (2013). Incidence, prevalence, patient characteristics and treatment modality. http://www.usrds.org, diperoleh pada tanggal 25 Agustus 2015) | id_ID |
dc.description.abstract | Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Penanganan yang biasa dilakukan yaitu dengan melakukan hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu bentuk terapi pengganti ginjal pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien gagal ginjal adalah hipertensi. Hipertensi terjadi akibat penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan terjadinya hipertensi, dan hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron System) memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya. Tindakan keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah adalah terapi relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam membuat tubuh menjadi relaks dan oksigenasi yang adekuat mengakibatkan impuls aferen merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator), sehingga menyebabkan vasodilatsi sistemik, penurunan kecepatan denyut jantung dan daya kontraksi jantung. Perangsangan sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup, dan curah jantung yang akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Setelah dilakukan tindakan inovasi berupa terapi relaksasi nafas dalam diperoleh hasil terdapat penurunan tekanan darah antara sebelum dan sesudah intervensi. | id_ID |