Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan Kualitas Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Tulip Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Penajam Paser Utara
Date
2015-02-10Author
Karseno, Karseno
Dirdjo, Maridi M.
Muksin, Muksin
Metadata
Show full item recordAbstract
rumah sakit. Hal ini dapat tercapai jika setiap seluruh sumber daya manusia rumah sakit termasuk perawat mempunyai kompetensi khusus, diantaranya memahami produk jasa secara mendalam, berpenampilan menarik, bersikap ramah dan bersahabat, responsif (peka) dengan pasien, menguasai pekerjaan, berkomunikasi secara efektif dan mampu memberikan pelayanan secara professional. Komunikasi yang digunakan perawat haruslah komunikasi yang terapetik. Hasil akhir yang diharapkan pada pendekatan ini adalah kepuasan pasien yang dilayani. Metodologi: Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat di Ruang Tulip RSUD Penajam, dengan teknik sampling purposive sampling sampel ini berjumlah 54 orang. Uji statistic yang chi Square. Hasil penelitian: Gambaran karakteristik responden: mayoritas responden dari penelitian ini adalah lebih dari separuhnya adalah laki-laki (59,3%),lebih dari separuhnya berumur ≥ 38 tahun (51,9%). Sebagian besar berpendidikan rendah (SD dan SLTP (68,5%), dan status perkawinannya mayoritas menikah (88,9%), dan mayoritas system pembayarannya melalui jaminan social kesehatan (jamkesda dan BPJS) (94,5%), serta riwayat jumlah rawat adalah sebagain besar adalah perawatan pertama (63,8%). Lebih dari separuh responden mempunyai persepsi kualitas pelayanan keperawatan sudah baik (57,4) dan lebih dari separuh responden mempunyai persepsi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, serta lebih dari sebagian besar responden masih merasa kurang puas sudah baik (63%) di ruang Tulip RSUD Penajam sudah baik (53,7%). Ada hubungan bermakna kualitas pelayanan keperawatan dan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien dengan kepuasan pasien dengan masing-masing p value 0,022, OR: 5,067;dan (p value 0,007, OR: 6,462; alfa: 0,05).
Kesimpulan: Persepsi kualitas pelayanan keperawatan dan pelaksanaan komunikasi terapeutik merupakan predictor kepuasan pasien di ruang perawatan. Saran: Perlu penetapan indicator kualitas pelayanan keperawatan dan instruksi kerja atau SOP komunikasi terapeutik perawat. Para manajer keperawatan melakukan need assessment untuk pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan dan kepuasan pasien seperti pelatihan pelayanan prima, pelatihan perilaku caring dan pelatihan komunikasi terapeutik.