Analisis Perbedaan Liver Function Test dan Gambaran Hepatotoksik Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB dan TB/HIV Co-Infection
Abstract
Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Indonesia menyumbangkan lebih dari 10% dari seluruh kasus TB dunia. Masalah TB dunia sekarang ini lebih besar daripada sebelumnya, diantaranya disebabkan oleh infeksi human immunonodeficiency virus atau HIV. Infeksi HIV ini mengakibatkan progresivitas penyakit TB lebih cepat, meningkatkan kemungkinan manifestasi klinis dan juga dapat meningkatkan angka kejadian kegagalan pengobatan TB. Pengobatan TB dapat menyebabkan kerusakan hati karena OAT khususnya Isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid bersifat hepatotoksik oleh karena itu, monitoring fungsi hati sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi hepatotoksik atau tidak. Tujuan Penelitian: Bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil tes fungsi hati terhadap pengunaan obat anti tuberkulosis pada pasien TB dan TB/HIV co-infection dan untuk mengetahui perbedaan gambaran hepatotoksik pada pasien TB dengan TB/HIV co-infection terhadap penggunaan obat anti tuberkulosis. Metode Penelitian: Penelitian ini mengunakan metode cross sectional secara retrospektif dengan menggunakan data sekuder berupa rekam medis rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie samarinda, data yang diperoleh di analisis dengan SPSS mengunajak Chi-square, mann-Whitney dan uji fisher. Hasil dan Kesimpulan Penelitian : Hasil perbedaan liver function test diperoleh nilai rata-rata SGOT pada pasien TB yaitu 76,2±55,0 sedangkan pada TB/HIV Co-infection didapatkan nilai rata-rata 127,1±123,1 dengan nilai p 0,020. Rata-rata SGPT pada pasien TB yaitu 74,5±73,5 dan pada TB/HIV Co-infection didapatkan nilai rata-rata 100,7±83,2 dengan nilai p 0,042. Pada hasil gambaran hepatotoksik pada pasien TB terdapat 28,3% tidak mengalami hepatotoksik, 26,4% dengan grade 1, 35,8% dengan grade 2 dan 9,4% dengan grade 3 sedangkan pada TB/HIV Co-infection terdapat 5,7% tidak mengalami hepatotoksik, 47,2% dengan grade 1, 24,5% dengan grade 2, 22,6% dengan grade 3 dan di peroleh nilai p 0,002. Serta gejala hepatotoksik pada pasien TB yaitu kebanyakan tidak ada gejala, mual, Fatigue, Muntah, demam, dan nyeri perut. Sedangkan pada TB/HIV Co-infection kebanyakan pasien mengalami gejala berupa mual ,demam, muntah, fatigue, tidak ada gejala dan nyeri perut. Dan dapat disimpulkan, Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada kejadian hepatotoksik dan derajat hepatotoksik yang di alami oleh pasien TB dan TB/HIV Co-infection. Adapun gejala klinis hepatotoksik yang sering muncul pada pasien TB yaitu mual, tidak ada gejala, sedangkan pada TB/HIV Co-infection gejala yang banyak muncul yaitu mual, demam, dan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada hasil liver function test dengan parameter SGPT dan SGOT.