Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita Selama Masa Pandemi di PUSKESMAS Trauma Center Samarinda
Abstract
Latar belakang : Berdasarkan laporan dari UNICEF pada tahun 2020 prevalensi kejadian stunting yang terjadi dari fenomena pada anak yang memiliki usia kurang 5 tahun yakni sejumlah 149,2 juta balita (22%) dengan kasus terbanyak berada di Benua Asia sebanyak 79 juta balita (53%) serta di Indonesia prevalensi stunting yakni sebanyak 31,8%. Pada masa pandemi sangat berdampak pada status ekonomi seperti banyaknya orang tua yang di PHK sehingga banyak orang tua yang tidak lagi memiliki pekerjaan seeta pendapatan sehingga mengakibatkan pemenuhan kebutuhan asupan anak juga tidak mencukupi.
Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Selama Masa Pandemi Di Puskesmas Trauma Center Samarinda.
Metodologi : Studi kuantitatif menggunakan metode deskriptif korelasional dan desain cross sectional. Populasi penelitian ini melibatkan anak-anak yang berusia antara 0 hingga 60 bulan di Puskesmas Trauma Center Samarinda. Sebanyak 685 anak yang di dapatkan menggunakan consecutive. Analisa data penelitian ini yaitu menggunakan uji univariat dan bivariat yaitu uji chi square.
Hasil : Hasil yang didapatkan pada pada penelitian ini dapat menyakini yaitu orang tua yang memperoleh status ekonomi yang rendah terdapat balita dengan kejadian stunting terdiri dari sangat pendek 32 balita (11,2%) dan pendek 63 balita (22,1%). Orang tua yang memiliki status ekonomi tinggi dengan balita dengan kejadian stunting terdiri dari sangat pendek 9 balita (2,3 %) dan sangat pendek 43 balita (10,8%). Berdasarkan hasil analisa chi square sehingga di dadapatkan bahwa adanya hubungan dari status ekonomi dengan kejadian stunting pada balita (p value = 0,000).
Kesimpulan : Ada Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Selama Masa Pandemi Di Puskesmas Trauma Center Samarinda.