Show simple item record

dc.contributor.authorHartiti, Rahmatika Dwi
dc.contributor.authorDirdjo, Maridi M.
dc.date.accessioned2019-02-24T07:25:37Z
dc.date.available2019-02-24T07:25:37Z
dc.date.issued2015-08
dc.identifier.citationAl Rasyid, Lyna Soertiwi. (2007). Unit Stroke: Manajemen Stroke secara Komprehensif. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. (2000).The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. Hal. 53-87. Black, J.M, Hawks J.H. (2006). Medical Surgical Nursing, Clinical Managementfor Positive Outcomes (8thEdition), Philadelpia: WB. Saunders Company Dohle (2008).Mirror Therapy Promotes Recovery From Severe Hemiparesis: A Randomized Controlled Trial. The American Society of Neurorehabilitation Ginsberg., L. 2007. Lecture Notes Neurologi ed. kedelapan. Jakarta: Erlangga Hacke W, et al. (2003) Ischemic Stroke Prophylaxis and Treatment - European Stroke Initiative Recommendations Harsono.(2005). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 3.Jogjakarta: UGM Press Hankey J. (2002). Your Question answered StrokeAustralia : Harcourt Publisher Limited. Hal 2 Herdman, T. H. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11386799. (2001). Stroke in Indonesia: a first large prospective hospital-based study of acute stroke in 28 hospitals in Indonesia.National Center for Biotechnology Information. Diunduh pada tanggal 22 Agustus 2015 pukul 09.30 WITA Lidwina S. (2014). Mirror Therapy in Stroke Rehabilitation.Manado: Jurnal BioMedik Volume 6 No.2 Hal 84-890 Mathhys (2009).Mirror-induced visual illusion of hand movement: a functional magnetic resonance imaging study: Elsevier Science Moohead, S. et al. (2004).Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. Iowa City: Mosby Nurhidayat , Rosjidi. (2008). Buku Ajar Perawatan dan Stroke. Jogjakarta: Ardana Media Ramachandran dan McGeoch, P.D. (2010).Size Reduction Using Mirror.Neurocase Visual Feedback (MVF) Reduces Phantom Pain. Neurocase 15(5) (pp. 357–360) Rhotgangel. (2010). The clinical aspects of mirror therapy in rehabilitation. Netherlands: Zuyd University Smeltzer C. Suzzane. (2002). Buku Ajar Keperawatann Medikal Bedah.EGC: Jakarta Sidharta P. (2008). Neurologi Klinis DasarJakarta :Dian Rakyat Sutbeyaz dalam Youn. (2011). Facilitation of Corticospinal Excitability According to Motor Imagery and Mirror Therapy in Healthy Subjects and Stroke Patients Seoul:Department of Biomedical Engineering Wirawan.(2009) Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer.Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59 Nomor 2.id_ID
dc.identifier.urihttps://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/953
dc.description.abstractStroke adalah sindrom klinis yang berasal dari pembuluh darah, dengan tanda dari kerusakan cerebral baik fokal atau global yang terjadi pada 24 jam terakhir , dapat memicu kematian. Stroke merupakan penyakit yang melemahkan dan mematikan. 1 dari 3 pasien meninggal kurang dari 6 bulan dalam stroke yang berat dan yang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Lebih dari itu, kesempatan terjadinya stroke yang berulang diperkirakan sangat tinggi. Paralisis pada stroke terutama terjadi karena kerusakan di kapsula interna. Kerusakan ini memerlukan neuroplastisitas yang melibatkan sejumlah bagian otak yang selamat untuk memulihkannya. Salah satu terapi yang bermanfaat terhadap neuroplastisitas yaitu terapi cermin. Terapi ini digunakan untuk memperbaiki fungsi motorik paska. Terapi cermin mudah dilakukan dan hanya membutuhkan latihan yang sangat singkat tanpa membebani pasien. Data yang diperoleh dari beberapa penelitian memperlihatkan bahwa terapi cermin merupakan terapi yang sederhana, murah, dan efektif dalam memperbaiki fungsi motorik (baik ekstremitas atas maupun bawah) dan aktivitas kehidupan sehari-hari, sebagai tambahan untuk rehabilitasi yang umumnya dilakukan pada pasien dengan stroke.. Karya ilmiah akhir Ners bertujuan untuk menganalisis intervensi pada pasien stroke non hemoragik dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik dengan pemberian mirror therapy untuk merubah skala kekuatan otot. Dari hasil analisa kasus pada pasien didapatkan hasil bahwa dari hari pertama kekuatan otot 50%, klien tidak mampu melawan tahanan dan membuka palangs, menjadi dapat melawan tahanan dan membuka palangs walaupun kekuatan otot belum meningkat dari 50% menjadi 75% atau 100% karena klien masih belum bisa melawan gravitasi.Sosialisasi tentang terapi peningkatan kekuatan otot diperlukan bagi perawat sehingga dapat diterapkan oleh perawat secara langsung yang diberikan kepada pasien untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan yang lebih efektif dan efisien.id_ID
dc.language.isoidid_ID
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Kalimantan Timurid_ID
dc.subjectStrokeid_ID
dc.subjectMirror Therapyid_ID
dc.subjectTerapi Cerminid_ID
dc.subjectHambatan mobilitas fisikid_ID
dc.titleAnalisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Stroke Non Hemoragik Terhadap Pemberian Mirror Therapy dalam Perubahan Skala Kekuatan Otot di Ruang Unit Stroke RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015id_ID
dc.title.alternativeAnalysis of the Nursing Clinical Practice in Patients Non Haemorragic Stroke Granting with Mirror Therapy to Change Scale of Muscle Power in the Stroke Unit Abdul Wahab Sjahranie Hospital 2015id_ID
dc.typeOtherid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record