Show simple item record

dc.contributor.authorAmalia, Nida
dc.contributor.authorGhozali, Ghozali
dc.date.accessioned2019-02-24T08:18:18Z
dc.date.available2019-02-24T08:18:18Z
dc.date.issued2015-01-30
dc.identifier.citationBehrman Richard E., Robert M. Kliegman & Ann M. Arvin. (2000). Nelson Text Book of Pediatrics, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1. (A. Samik Wahab). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. BKKBN. (2003). Akibat Budaya Dan Stigma, Pernikahan Dini Di Kalsel Tertinggi Di Indonesia. BKKBN. (2011). Batasan dan Pengertian MDK. Jakarta. BKKBN. (2012). Resiko Kehamilan Usia Muda. Buku Putih Sanitasi Tabalong. (2013). Gambaran Umum Wilayah. Banjarmasin. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2013). Pusat Data dan Iformasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Effendi S. (1978). Struktur Bahasa Banjar Kuala. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fiatin Pitalux Indah, dkk. (2011). Gambaran Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dan Kehamilan Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil Usia Muda Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerek Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. 2, (8). Hermawan Hendy. (2010). Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Perceraian Dini (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Klaten Tahun 2008-2010). Tesis, tidak dipublikasikan, Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga. http: //metronews.com. Jumlah Pernikahan Dini Indonesia Terbanyak Kedua di ASEAN. (diperoleh tanggal 24 April 2014 pukul 16.00) James F. McKenzie, Pinger Robert R. & Kotecki Jerome E. (2006). Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar Edisi 4. (Atik Utami, Nova S. Indah Hippy, Iin Nurlinawati & Palupi Widyastuti). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jumlah Pernikahan Usia Dini Indonesia Terbanyak di ASEAN. http://metronews.com, diperoleh tanggal 2 Desember 2014. Kebudayaan Indonesia. (2013). Suku Banjar Kalimantan Selatan. Jakarta. Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Kementrian RI. (2013). Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Dan Perkawinan Tidak Tercatat. Jakarta. Badan Litbang Dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kurnia Dewi Sandra. (2012). Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Pernikahan Usia Muda dengan Niat untuk Menikah Muda di SMPN 1 Campaka Kabupaten Cianjur. Jurnal Universitas Padjajaran, 1, (1). Lapau Buchari. (2013). Metode Penelitian Kesehatan : Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta. Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. (Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI – Press). Moleong J. Lexy. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Bandung. Muliawan Irfan. (2003). Pengaruh Perkawinan Usia Muda Terhadap Tingginya tingkat Perceraian di Pengadilan Agama Pontianak. E-Jurnal Gloria Yuris Program Studi Ilmu Hukum UNTAN, 1, (2). Nirwana Benih Ade. (2011). Psikologi Ibu, Bayi dan Anak . Yogyakarta. Nuha Mediak. Notoatmodjo Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nurhasanah Umi. (2010). Perkawinan Usia Muda dan Perceraian di Kampung Kota Baru Kecamatan Padangratu Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Sosiologi, 15, (1), 34-41. Patton Quinn Michael. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. (Priyadi Puspo Budi). Pustaka Pelajar. 2009. Profil 33 Kehutanan . (2013). Provinsi Kalimantan Selatan. Rafidah, dkk. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini. Berita Kedokteran, 25, (2), 51-58. Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Sarwono Wirawan Sarlito. (2007). Psikologi Remaja.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Seman Syamsiar. (2013). Pasar Tarapung. Banjarmasin. Lembaga Pendidikan Banua Banjarmasin. Seni Budaya dan Tradisi Orang Banjar. (2013). Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar. Siswanto, Susila dan Suyanto. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta. Bursa Ilmu. Streubert Helen J. (1995). Qualitative Research in Nursing. Pennsylvania. J.B Lippincott Company. Sudarni. (2012). Pelangi Kalimantan Selatan. Amuntai Kal-Sel. Hemat Publishing. Sugiyono. (2010). Metode Peneitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit Alfabeta. UNFPA & KB. (2003). Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta. United Nations Population Fund. (1998). Reproduksi Sehat. Jakarta. LPPKMid_ID
dc.identifier.urihttps://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/980
dc.description.abstractBackground, This research background was south kalimantan as the first province which had highest early marriage number in Indonesia. The biggest ethnic in South kalimantan was Banjar ethnic. The Impacts and losses arising from early marriage to a woman as low birth weight, maternal mortality and infant mortality and divorce as well as early marriage that occurred in Kelua subdistrict of Tabalong regency South Kalimantan. Objective, The objective of this study was to explore in depth information about the factors behind the occurrence of early marriage on banjar ethnic women and the impact of pregnancy and childbirth for Banjar ethnic women who married early age. Methode, This research method was qualitative phenomenology with informants retrieval method using purposive sampling technique and the amount informants in the study were as many as 15 people consisting of five informants support (2 parents, 1 chieftain , 1 religious figure, and 1 Public Health Expert) and 10 key informants (Banjar ethnic woman who married a young age). Data collection techniques using in-depth interview with the voice recorder tool. Results, The results of this research indicated that the factors underlying early marriage on Banjar ethnic women rate was a factor as they liked and did not want to happen things that were not desirable, would like to have grandchildren, dropout, low economy, the rules of the village and forced by parents and the impact that would be faced by women when pregnant and giving birth at a young age was a miscarriage even though most of the key informants did not face it. Researcher suggested that parents can control the child's wishes and desires of parents it self to marry their child at an early age. The parents should consider and wait until the child was ready mentally, physically, and emotionally to build a household with a partner later. The role of health workers, especially health care communities were essential in providing the communication of information and education about early marriage and posed a serious impact on the reproductive organs of women who married early age so that people know and can consider delaying the age of marriage.id_ID
dc.language.isoidid_ID
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Kalimantan Timurid_ID
dc.subjectPhenomenaid_ID
dc.subjectEarly Marriageid_ID
dc.subjectFemale Banjar Ethnic Kelua Subdistrictid_ID
dc.titleStudi Fenomena Pernikahan Usia Dini pada Wanita Suku Banjar di Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan Tahun 2015id_ID
dc.title.alternativePhenomenological Study of Early Marriage on Banjar Ethnic Woman in Kelua Subdistrict of Tabalong Regency South Kalimantan 2015id_ID
dc.typeSkripsiid_ID


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record