Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hipertensi dalam Pemberian Terapi Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Intradialitik di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015
View/ Open
Date
2015-08Author
Astuti, Winda Dewi
Asthiningsih, Ni Wayan Wiwin
Metadata
Show full item recordAbstract
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Penanganan yang biasa dilakukan yaitu dengan melakukan hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu bentuk terapi pengganti ginjal pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien gagal ginjal adalah hipertensi. Hipertensi terjadi akibat penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan terjadinya hipertensi, dan hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron System) memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya. Tindakan keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah adalah terapi relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam membuat tubuh menjadi relaks dan oksigenasi yang adekuat mengakibatkan impuls aferen merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator), sehingga menyebabkan vasodilatsi sistemik, penurunan kecepatan denyut jantung dan daya kontraksi jantung. Perangsangan sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup, dan curah jantung yang akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Setelah dilakukan tindakan inovasi berupa terapi relaksasi nafas dalam diperoleh hasil terdapat penurunan tekanan darah antara sebelum dan sesudah intervensi.