Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Klien dengan Tiroid Heart Disease + Observasi Dispnea + Pneumonia di Ruang Intensive Care Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015
View/ Open
Date
2015-03-18Author
Rahmayani, Rahmayani
Hidayat, Faried Rahman
Metadata
Show full item recordAbstract
Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan organ-organ yang terlibat dalam pelepasan hormon endokrin. Sistem endokrin menghasilkan substansi kimia bernama hormon. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dituangkan dalam darah, mengikuti aliran darah, terikat pada reseptor di organ target menyebabkan efek perubahan metabolisme atau fungsi organ tersebut. Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunan atau peningkatan sekresi hormon, maka dampak yang di timbulkannya bersifat lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pada trakhea dan esophagus. Satu dampak yang terjadi yaitu penyempitan jalan napas pada pasien dengan pembesaran tiroid maka akan menganggu saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan pasien gagal napas, selain berpengaruh pada jalan napas, pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid juga akan berpengaruh pada hormon dimana hormon akan mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga pasien sangat rentan menderita penyakit tropik seperti batuk pilek, batuk pilek lama akan mengakibatkan pneumonia. Kasus dengan tiroid belum pernah masuk ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dalam satu tahun terakhir, namun untuk kasus pneumonia berjumlah 7 orang (3,39%), kasus hospital acquired pneumonia (HAP) bejumlah ± 8 orang (3,88%). Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap kasus kelolaan pada klien Tiroid Heart Disease disertai Observasi Dispnea Dan Pneumonia Di Ruang ICU RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda Tahun 2015. Intervensi inovasi yang digunakan adalah terapi oksigen. Hasil analisa selama empat hari perawatan menunjukkan hasil yang signifikan, dimana klien menunjukkan pola napas normal dan saturasi oksigen dalam batas normal (RR: 20 x/i, SpO2 100%, adanya laporan klien yang mengatakan “tidak merasakan sesak lagi”, selain itu pergantian alat bantu napas yang digunakan juga berbeda dari jackson rees -non rebreating mask-nasal canul. Dapat disimpulkan bahwa, perawat perlu melakukan monitoring pernafasan pasien serta memberikan terapi oksigen yang tepat dan adekuat sehingga kebutuhan oksigenasi pasien terpenuhi.