Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada Ibu N dengan Intervensi Inovasi Teknik Assertiveness Training (AT) terhadap Tanda dan Gejala Marah pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Yayasan Joint Adulam Ministry Samarinda
Abstract
Latar Belakang : Risiko perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai, ditandai dengan tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan termasuk muka merah, menegang, mata tajam atau melotot, berbicara kasar. Dari tanda dan gejala tersebut maka dibutuhkan penanganan yang segera mungkin secara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non farmakologi yang efektif dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan salah satunya yaitu Teknik Assertiveness Training atau terapi asertif. Tindakan asertif adalah tindakan mengungkapkan perasaan secara langsung kepada orang lain yang dilakukan untuk mengekspresikan marah, meminta, dan menolak dengan baik dan sopan tanpa merugikan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Tujuan : Dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menganalisis pemberian terapi asertif pada penurunan tanda dan gejala pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di Yayasan Joint Adulam Ministry Samarinda (JAMS).
Metode : Penatalaksaaan praktik klinik ini dilakukan di Yayasan Joint Adulam Ministry Samarinda (JAMS) dilakukan terapi asertif dengan sebelum diberikan terapi dengan menganalisis terlebih dahulu tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan. Sampel yang digunakan adalah salah satu pasien yang berada di Yayasan Joint Adulam Ministry Samarinda dengan risiko perilaku kekerasan. Tindakan terapi asertif ini dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan 4 sesi terapi dengan waktu 30-45 menit setiap sesi, setelah dilakukan terapi kemudian dievaluasi kembali tanda dan gejala setelah dilakukan terapi asertif.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan adanya perubahan tanda dan gejala pada pasien risiko perilaku kekerasan yaitu sebelum intervensi perilaku melukai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan meningkat dan perilaku agresif/amuk meningkat. Adapun setelah dilakukan terapi didapatkan hasil yaitu perilaku melukai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan menurun dan perilaku agresif/amuk menurun.
Kesimpulan : Pemberian terapi asertif yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan 4 sesi terapi dengan waktu 30-45 menit dalam 1 hari terbukti dapat menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan.