Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Berdarah dengue di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bengkuring Kota Samarinda
Abstract
Latar belakang : penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah keperawatan masyarakat yang masih signifikan. Pada tahun 2022 tercatat sebanyak 2.022 warga di Provinsi Kalimantan Timur terjangkit penyakit DBD dan hingga bulan juni 2024 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mencatat ada 3.896 warga yang positif terjangkit penyakit DBD, terdata pada Juni 2024, 12 orang diantaranya dinyatakan meninggal. Kota Samarinda tercatat sebanyak 867 konfirmasi kasus dan 3 orang meninggal dunia. Tercatat jumlah penderita DBD mencapai 117 dan jumlah yang meninggal sebanyak 1 jiwa khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bengkuring Kota Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status sosial ekonomi masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit DBD. Metode : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 410 responden yang dipilih menggunakan teknik accidental sampling. Data diperoleh melalui kuesioner yang mengukur status sosial ekonomi dan perilaku pencegahan DBD. Hasil dan Pembahasan : hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (60%) memiliki status sosial ekonomi rendah, sedangkan sebagian besar perilaku pencegahan DBD tergolong kurang baik (75,1%). Analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukan adanya hubungan signifikan antara status sosial ekonomi dengan perilaku pencegahan DBD (p-value = 0,000, r = 0,284). Responden dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki perilaku pencegahan yang lebih baik begitu juga sebaliknya mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung untuk memiliki perilaku pencegahan DBD yang kurang. Kesimpulan : terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan perilaku pencegahan penyakit DBD. Saran : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan program edukasi dan intervensi berbasis komunitas untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku pencegahan DBD, terutama kalangan masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah.